Di
sini diperlukan cara mengukur pengaruh perubahan nilai valuta asing terhadap
laporan keuangan neraca dan hasil usaha suatu perusahaan, terutama dalam
penyusunan laporan keuangan konsolidasi, accounting exposure akan selalu muncul
pada saat penyusunan laporan keuangan jika diantara akun laporan keuangan
bersangkutan terdapat akun atau pos-pos yang awal kejadiannya dinyatakan dalam
valuta asing. Oleh karena itu, perlu dibedakan metode pencatatan yang antara
lain :
a.Single rate method ( Metode Kurs Tunggal), menurut metode ini nilai dilaporkan menurut kurs tunggal yang berlaku pada tanggal neraca.
b.Multiple rate method ( metode kurs berganda),terdiri dari metode :
1. Current-non current method ( metode lancar-non lancar), menurut metode ini pos-pos valas dibagi dua yaitu :
• Akun lancar (current), dilaporkan menurut kurs yang berlaku saat ini (current rate).
• Akun non lancar (non current), dilaporkan menurut kurs historis.
• Akun laba rugi dijabarkan denagn kurs rata-rata (average rate), kecuali untuk penyusutan dan amortisasi dinilai dengan kurs historis (historis rate)
2.Monetary dan non monetary method, dalam metode ini akun-akun valuta asing perusahaan dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
.Pos moneter, yaitu pos yang nilai aslinya tidak berubah dan dinilai dengan kurs saat ini.
• Pos non moneter, yaitu pos-pos yang nilai historisnya berubah-ubah tergantung harga pasar dan untuk itu dinilai dengan historical rate.
3.Temporal method, yang merupakan modifikasi dari monetary dan non monetary method. Dalam hal ini penentuan kurs didasarkan pada metode pemilihan yang digunakan apakah market value atau historical value.
4.Hybrid method, yaitu campuran dari beberapa metode di atas dengan syarat harus dilaksanakan dengan konsisten.
PSAK yang dikeluarkan IAI ( Ikatan Akuntan Indonesia ) memberikan pedoman sebagai berikut.
1.Selisih kurs akibat perubahan norma (gradual) diakui sebagai pendapatan biaya pada periode yang bersangkutan.
2.Selisih kurs akibat devaluasi :
a. Sehubungan dengan saldo kas dan bank dilaporkan pada perhitungan laba rugi tahun berjalan.
b. Hal yang berkaitan dengan pos moneter dalam valuta asing dapat dilaporkan langsung pada perhitungan rugi laba atau ditangguhkan. Amortisasi harus dilakukan secara sistematis jangka waktunya adalah sisa masa yang sesuai dengan perjanjian yang berlaku atau pada saat pelunasan, mana yang lebih dahulu.
Selisih dari SWAP atau kontrak pembelian devaluasi dilaporkan sama seperti yang diterapkan pada pelaporan selisih kurs pinjaman yang diproteksi.
c. Kebijakan akuntansi sehubungan dengan selisih kurs devaluasi harus diungkapkan secara jelas pada catatan atas iktisar keuangan. Jika dilakukan penangguhan atas selisih kurs devaluasi tersebut juga harus diungkapkan.
Sementara itu, Standar Akuntansi menurut FASB adalah sebagai berikut :
1.Semua aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dengan kurs berlaku pada tangggal neraca.
2.Selisih kurs akibat translasi dalam mata uang asing harus diperhitungkan dalam penentuan rugi laba periode tertentu.
Tidak ada perbedaan antara yang normal dan devaluasi.
kasus translasi mata uang asing :
a.Single rate method ( Metode Kurs Tunggal), menurut metode ini nilai dilaporkan menurut kurs tunggal yang berlaku pada tanggal neraca.
b.Multiple rate method ( metode kurs berganda),terdiri dari metode :
1. Current-non current method ( metode lancar-non lancar), menurut metode ini pos-pos valas dibagi dua yaitu :
• Akun lancar (current), dilaporkan menurut kurs yang berlaku saat ini (current rate).
• Akun non lancar (non current), dilaporkan menurut kurs historis.
• Akun laba rugi dijabarkan denagn kurs rata-rata (average rate), kecuali untuk penyusutan dan amortisasi dinilai dengan kurs historis (historis rate)
2.Monetary dan non monetary method, dalam metode ini akun-akun valuta asing perusahaan dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
.Pos moneter, yaitu pos yang nilai aslinya tidak berubah dan dinilai dengan kurs saat ini.
• Pos non moneter, yaitu pos-pos yang nilai historisnya berubah-ubah tergantung harga pasar dan untuk itu dinilai dengan historical rate.
3.Temporal method, yang merupakan modifikasi dari monetary dan non monetary method. Dalam hal ini penentuan kurs didasarkan pada metode pemilihan yang digunakan apakah market value atau historical value.
4.Hybrid method, yaitu campuran dari beberapa metode di atas dengan syarat harus dilaksanakan dengan konsisten.
PSAK yang dikeluarkan IAI ( Ikatan Akuntan Indonesia ) memberikan pedoman sebagai berikut.
1.Selisih kurs akibat perubahan norma (gradual) diakui sebagai pendapatan biaya pada periode yang bersangkutan.
2.Selisih kurs akibat devaluasi :
a. Sehubungan dengan saldo kas dan bank dilaporkan pada perhitungan laba rugi tahun berjalan.
b. Hal yang berkaitan dengan pos moneter dalam valuta asing dapat dilaporkan langsung pada perhitungan rugi laba atau ditangguhkan. Amortisasi harus dilakukan secara sistematis jangka waktunya adalah sisa masa yang sesuai dengan perjanjian yang berlaku atau pada saat pelunasan, mana yang lebih dahulu.
Selisih dari SWAP atau kontrak pembelian devaluasi dilaporkan sama seperti yang diterapkan pada pelaporan selisih kurs pinjaman yang diproteksi.
c. Kebijakan akuntansi sehubungan dengan selisih kurs devaluasi harus diungkapkan secara jelas pada catatan atas iktisar keuangan. Jika dilakukan penangguhan atas selisih kurs devaluasi tersebut juga harus diungkapkan.
Sementara itu, Standar Akuntansi menurut FASB adalah sebagai berikut :
1.Semua aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dengan kurs berlaku pada tangggal neraca.
2.Selisih kurs akibat translasi dalam mata uang asing harus diperhitungkan dalam penentuan rugi laba periode tertentu.
Tidak ada perbedaan antara yang normal dan devaluasi.
kasus translasi mata uang asing :
Laporan Super Express
Laporan Keuangan
31 Desember 2001
Nama akun
|
Rp
|
Historis rate
$
|
Current rate
$
|
CNC
|
MNM
|
Temporal
|
Kas
|
6400000
|
711
|
653
|
653
|
653
|
653
|
Piutang
Usaha
|
4500000
|
500
|
459
|
459
|
459
|
459
|
Piutang
Pendapatan Bunga Deposito
|
375000
|
42
|
38
|
38
|
38
|
38
|
Sediaan
Bahan Pengepakan
|
4300000
|
477
|
438
|
438
|
477
|
438
|
Sediaan
BHP Kantor
|
200000
|
22
|
20
|
20
|
22
|
22
|
Asuransi
Dibayar di muka
|
100000
|
11
|
10
|
10
|
11
|
11
|
investasi-deposito
berjangka
|
5000000
|
555
|
510
|
555
|
555
|
555
|
Sewa
dibayar di muka
|
10800000
|
1200
|
1102
|
1102
|
1200
|
1200
|
perlengkapan
kantor
|
9000000
|
1000
|
918
|
1000
|
1000
|
1000
|
Alat
Pengangkutan
|
20000000
|
2222
|
2040
|
2222
|
2222
|
2222
|
dividen
|
1250000
|
138
|
127
|
138
|
138
|
138
|
TOTAL
|
61925000
|
6878
|
6315
|
6635
|
6775
|
6736
|
Utang
usaha
|
2200000
|
244
|
224
|
224
|
224
|
224
|
Utang
biaya bunga
|
400000
|
44
|
40
|
40
|
40
|
40
|
Utang
gaji
|
2800000
|
311
|
285
|
285
|
285
|
285
|
Utang
pajk penghasilan
|
1600000
|
178
|
163
|
163
|
163
|
163
|
Utang
bank-jangka panjang
|
10000000
|
1111
|
1020
|
1111
|
1020
|
1111
|
Laba
tahun ini
|
6400000
|
711
|
653
|
653
|
653
|
653
|
laba
di tahan
|
4175000
|
464
|
426
|
426
|
464
|
464
|
depr.
Akumulasi perlengkapan
|
1350000
|
150
|
137
|
150
|
150
|
150
|
depr.
Akumulasi alat pengangkutan
|
8000000
|
888
|
816
|
888
|
888
|
888
|
modal
saham
|
25000000
|
2777
|
2551
|
2695
|
2888
|
2758
|
TOTAL
|
61925000
|
6878
|
6315
|
6635
|
6775
|
6736
|
Keterangan :
Kurs 1=$9000 , kurs terdepresiasi =$9800
Analisis :
Dari
laporan keuangan PT. SUPER EXPRESS terlihat bahwa adanya penurunan
nilai sebesar $226, atau bisa dikatakan perusahaan mengalami rugi
translasi sebesar $226 akibat adanya translasi. Bila dilihat dari metode
Current-Non Current (CNC) maka perusahaan juga akan mengalami kerugian
sebesar $82, tetapi apabila dilihat dengan menggunakan metode
Moneter-Non Moneter (MNM) perusahaan mengalami keuntungan translasi
sebesar $111, dan dengan menggunakan metode temporal perusahaan juga
mengalami kerugian translasi sebesar $19. Tetapi kerugian metode
temporal tidak sebesar kerugian translasi dengan menggunakan metode
current-non current.
Kesimpulan :
Kesimpulannya
bahwa setelah laporan keuangan perusahaan PT. SUPER EXPRESS melakukan
translasi mata uang asing, maka terjadi penurunan atau kerugian
translasi sebesar $226. Tetapi bila perusahaan menggunakan metode
Moneter-Non Moneter (MNM) perusahaan mengalami keuntungan translasi
sebesar $111.
Sumber : Buku Teori Akuntansi, disusun oleh Sofyan Syafry Harapan. Ed. Revisi ke 9.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar